Sinta (24) ibu satu anak
asal Kebumen ini terduduk lemas
di seberang Kantor BKN Cawang.
Raut mukanya terlihat lelah.
Sementara anaknya yang masih
berusia dua tahun tertidur pulas di
dekapannya. Sinta saat itu tengah
beristirahat setelah berkeliling
rumah sakit di Jakarta untuk
menyelamatkan anaknya dari sakit
yang diderita.
Menurut salah seorang petugas
Tim Reaksi Cepat (TRC) Sony
Firmansyah (32), pihaknya
mendapat laporan dari salah
seorang jemaat gereja di Cawang
yang prihatin dengan kondisi Sinta
dan putranya, Muhammad Farhan,
Sabtu (21/12/2013).
Pada pukul 23.00 WIB, Sony dan
beberapa rekannya meluncur ke
lokasi yang disebutkan pelapor.
Pengakuan Sinta kepada TRC, dia
berasal dari Kebumen. Tidak ada
identitas yang didapat petugas dari
perempuan itu. Sinta hanya
mengaku tinggal di Cengkareng.
Dia juga mengaku ditelantarkan
suaminya.
Sementara sang anak, kata Sony,
ditemukan dalam kondisi demam
tinggi. Ibu anak tersebut
menyebutkan putranya itu sudah
hampir sebulan mengalami
demam. "Selain itu keluar darah
juga dari dubur anaknya," kata
Sony saat berbincang dengan
detikcom, Minggu (22/12/2013)
dini hari.
Sinta saat itu berusaha untuk
membawa berobat anaknya ke
beberapa rumah sakit. Mulai dari
rumah sakit di Cengkareng, Budi
Asih di Dewi Sartika, dan UKI.
Namun, karena ketiadaan
identitas, Sinta mendapatkan
penolakan dari rumah sakit
tersebut untuk merawat anaknya
itu.
"Di UKI tidak di observasi sakit
apa, hanya diberikan obat untuk
demam saja," kisah Sony.
Tim akhirnya membawa Sinta dan
putranya ke RS Persahabatan di
Rawamangun, Jakarta Timur.
Karena Sinta tidak memiliki
identitas, petugas terpaksa
mendatangi kantor polisi untuk
membuatkan surat keterangan
agar memudahkan administrasi
pihak rumah sakit yang dituju.
"Sekitar pukul 00.30 WIB (Sabtu,
21/12), putranya diobservasi
rumah sakit. Menurut keterangan
dokter ada penyakit di usus
anaknya," kata Sony sambil
berusaha mengingat sakit yang
diderita Farhan.
Sekitar pukul 01.00 WIB dokter RS
Persahabatan memperbolehkan
Sinta untuk pulang. Pihak rumah
sakit pun memberikan beberapa
obat untuk sakit yang diderita
Farhan.
"Rencananya pagi ini dia (Sinta)
pulang ke Kebumen. Nanti di sana
akan mendapat tindakan untuk
operasi anaknya. Karena catatan
administrasi dia ada di Kebumen,"
ujar Sony.
Sabtu, 21 Desember 2013
Ibu Ini Keliling Rumah Sakit Jakarta untuk Selamatkan Anaknya
Ini Dia Jembatan Tertua Di Dunia Ternyata Ada Di India
Pesawat ulang-alik NASA telah berhasil menemukan sebuah jembatan purba yang menghubungkan India dan Sri Lanka. Jembatan itu diperkirakan telah berumur 1.750.000 tahun dan sekaligus meneguhkan catatan yang terdapat dalam kitab kuno Ramayana.Untuk saat ini, jembatan itu diberi nama Jembatan Adam. Jembatan misterius itu terbuat dari sekumpulan beting laut sepanjang 30 km di selat Palk antara India dan Sri Lanka.
Dari bentuk dan komposisinya, para ahli menyimpulkan bahwa jembatan itu dibuat oleh manusia dan bukan terjadi karena sebab alam. Legenda dan juga arkeologi menunjukkan bahwa manusia sudah mendiami Sri Lanka sejak 1.750.000 tahun yang lalu, sama dengan perkiraan umur jembatan itu.
Penemuan jembatan ini juga merupakan aspek krusial bagi peneguhan legenda misterius yang disebut Ramayana yang diperkirakan terjadi pada zaman Tredha Yuga, lebih dari 1.700.000 tahun yang lalu. Di dalam epik Ramayana, disebutkan bahwa sebuah jembatan dibangun antara Rameshwaram (India) dan pantai Srilanka dibawah pengawasan Rama yang merupakan inkarnasi ke-18 dari Krisna.
Informasi ini mungkin tidak begitu penting bagi para arkeolog, namun paling tidak dapat membuka gerbang spiritual bagi masyarakat dunia yang ingin mengetahui sejarah yang terkait dengan mitologi India.
Dari bentuk dan komposisinya, para ahli menyimpulkan bahwa jembatan itu dibuat oleh manusia dan bukan terjadi karena sebab alam. Legenda dan juga arkeologi menunjukkan bahwa manusia sudah mendiami Sri Lanka sejak 1.750.000 tahun yang lalu, sama dengan perkiraan umur jembatan itu.
Penemuan jembatan ini juga merupakan aspek krusial bagi peneguhan legenda misterius yang disebut Ramayana yang diperkirakan terjadi pada zaman Tredha Yuga, lebih dari 1.700.000 tahun yang lalu. Di dalam epik Ramayana, disebutkan bahwa sebuah jembatan dibangun antara Rameshwaram (India) dan pantai Srilanka dibawah pengawasan Rama yang merupakan inkarnasi ke-18 dari Krisna.
Informasi ini mungkin tidak begitu penting bagi para arkeolog, namun paling tidak dapat membuka gerbang spiritual bagi masyarakat dunia yang ingin mengetahui sejarah yang terkait dengan mitologi India.
Jumat, 20 Desember 2013
Cari Jodoh Di Facebook Guru SMP Ini Kena Tipu
Mengharapkan dapat cinta sejati melalui akun biro jodoh di jejaring
sosial Facebook (FB), Yeni Silvia (38) justru harus menelan pil pahit
lantaran tertipu AS (35).
Yeni yang berprofesi sebagai guru di sebuah SMP ini, kehilangan emas dan uang Rp 14 juta yang telah diserahkannya ke AS. Kasus ini dilaporkannya ke Polresta Palembang, Kamis (19/12/2013).
Dalam laporannya, Yeni mengatakan dirinya berkenalan dengan Arya melakui akun FB. Karena merasa umur sudah mendekati kepala empat, korban nekad mengikuti biro jodoh yang ada di laman tersebut.
Setelah beberapa bulan berkenalan, AS yang mengaku bekerja sebagai auditor di salah satu badan usaha milik negara di Kota Palembang menebar janji muluk.
AS berjanji, mengajak Yeni menikah dan minta bertemu di Palembang, persisnya di Palembang Square. Ketika itu, AS meminta pertolongan kepada korban agar dapat menukar uang asing dengan total Rp 14 Juta.
Tanpa rasa curiga, korban bersedia membantu pelaku dengan memberikan uangnya.
"Saya diajak ke Palembang itu alasannya untuk menemui keluarganya. Setelah pinjam uang, dia melihat cicin emas saya, lalu cincin itu juga dipinjaminya," ungkap Yeni.
Alasannya, kata dia, meminjam cincin untuk dicocokkan dengan cincin yang sudah dipesannya sebagai mas kawin.
Bahkan, agar mereka berdua tetap bisa bertemu, Yeni rela menginap di Hotel Ratu Agung Palembang. Tetapi, sejak cincin emas dan uang tunai Rp 14 juta itu berada di tangan AS, dia menghilang dan tidak lagi ada kabar.
"Saya lapor ini berharap polisi dapat mengusut kasusnya dan menangkap AS. Saya tidak terima, saya sudah tulus tapi malah ditipu," ungkap Yeni.
Kasat Reskrim Polresta Palembang Kompol Djoko Julianto, membenarkan laporan Yeni tercatat dengan nomor LP/B-3551/XII/2013/Sumsel/Resta.
"Laporannya sudah kami terima dan diproses untuk menyelidiki keberadaan tersangka," ujar Djoko singkat.
Read more ...
Yeni yang berprofesi sebagai guru di sebuah SMP ini, kehilangan emas dan uang Rp 14 juta yang telah diserahkannya ke AS. Kasus ini dilaporkannya ke Polresta Palembang, Kamis (19/12/2013).
Dalam laporannya, Yeni mengatakan dirinya berkenalan dengan Arya melakui akun FB. Karena merasa umur sudah mendekati kepala empat, korban nekad mengikuti biro jodoh yang ada di laman tersebut.
Setelah beberapa bulan berkenalan, AS yang mengaku bekerja sebagai auditor di salah satu badan usaha milik negara di Kota Palembang menebar janji muluk.
AS berjanji, mengajak Yeni menikah dan minta bertemu di Palembang, persisnya di Palembang Square. Ketika itu, AS meminta pertolongan kepada korban agar dapat menukar uang asing dengan total Rp 14 Juta.
Tanpa rasa curiga, korban bersedia membantu pelaku dengan memberikan uangnya.
"Saya diajak ke Palembang itu alasannya untuk menemui keluarganya. Setelah pinjam uang, dia melihat cicin emas saya, lalu cincin itu juga dipinjaminya," ungkap Yeni.
Alasannya, kata dia, meminjam cincin untuk dicocokkan dengan cincin yang sudah dipesannya sebagai mas kawin.
Bahkan, agar mereka berdua tetap bisa bertemu, Yeni rela menginap di Hotel Ratu Agung Palembang. Tetapi, sejak cincin emas dan uang tunai Rp 14 juta itu berada di tangan AS, dia menghilang dan tidak lagi ada kabar.
"Saya lapor ini berharap polisi dapat mengusut kasusnya dan menangkap AS. Saya tidak terima, saya sudah tulus tapi malah ditipu," ungkap Yeni.
Kasat Reskrim Polresta Palembang Kompol Djoko Julianto, membenarkan laporan Yeni tercatat dengan nomor LP/B-3551/XII/2013/Sumsel/Resta.
"Laporannya sudah kami terima dan diproses untuk menyelidiki keberadaan tersangka," ujar Djoko singkat.
Rabu, 18 Desember 2013
Pengen Mention Dibalas Artis Idola Ini Caranya
Nampang di twitter, ya mungkin itulah aktifitas anak ABG jaman sekarang ketika sedang ada waktu luang, tidak ada salahnya jika kita nampang di twitter ya salah yaitu jika kita mabuk – mabukan, tawuran dan berbuat yang melangar norma, Banyak cara untuk nampang di twitter, mulai dari ngetweet tentang motivasi, curhat, ataupun tweet lucu.
Disamping itu kita juga dapat nampang ditwitter dengan cara memention atau membalas tweet para artis idola kita, jika mention kita di balas balik oleh sang artis idola pasti ada rasa banga tersendiri, gatau kenapa pasti itu yang kalian rasakan, bukan cuma itu, jika mention kalian dibalas oleh sang artis idola itu juga bisa menjadi sarana untuk menambah follower anda, bayangkan saja sang artis mempunya sebanyak 5000 follower, lalu mention anda dibalas secara tidak langsung sang artis tersebut mempromosikan akun anda ke 5000 followernya.
Namun jika kita sudah mencoba dan terus mencoba untuk mementionnya namun tidak dibalas juga akan terasa jengkel dan berangapan bahwa percuma kita mention, tenang saja sobat saya akan membagikan Tips dan Trik bagaimana cara agar Mention dibalas sang artis idola, Silahkan ikuti langkah – langkah dibawah ini :
- Pastikan punya akun Twitter kalo nga punya sobat daftar dulu
- Pastikan sudah memfollow akun Artis Indola sobat
- Lihat secara seksama, kapan tweet terahir ditulis, jika tweet terahir ditulis 1 menit lalu kemungkinan sang artis idola sedang online, jika tidak silahkan tunggu dilain kesempatan.
- Sesi mention, silahkan coba dengan kata – kata dibawah ini
- Artis suka dipuji maka silahkan mengirimkan pujian – pujian yang membuat sang artis menjadi melayang, tapi jangan berlebihan, kesempurnaan hanya milik tuhan ! Contoh “ wahhhhh kaka cantik banget, pengen deh bisa ketemu kaka ”, “ kak penampilan tadi sangat bagus, jadi tambah ngefans sama kaka “.
- Ga ada salahnya kita sok kepo terhadap sang artis mari kita kepoin, “ Kak, besok perfom dimana ? “, “ kak, hari ini show dimana ? “, “ Selamat pagi kaka, gimana kabarnya hari ini ? “.
- Ancam sang artis idola, “ KAK, KALO MENTIONKU NGA DIBALES AKU BAKALAN LONCAT DARI MONAS ! “, “ kak bales mention aku dong, satu kali aja plisss kaa plisss, kalo nga aku bakalan bunuh diri :’( “.
- Tweet dengan putus asa, “ kalo kaka bener – bener nga mau balas mention aku, aku bakalan berhenti ngefans sama kaka ;’( “. “ sombong bener, kecewa sama kaka deh !”.
- Kalau masih belum dibales juga silahkan UNFOLLOW artis tersebut dan cari artis lainnya
Sekian yang dapat saya bagikan pada kesempatan kali ini, silahkan dibagikan keteman – teman yang membutuhkan dengan cara klik tombol bagikan dibawah postingan ini, Trimakasih.
Selasa, 17 Desember 2013
Waw Ada Obat Kanker Paling Ampuh yang Disembunyikan Bertahun-tahun
Selama ini kita tahu
bahwa kanker hanya bisa diobati dengan terapi kemo. Namun tampaknya
persepsi ini harus dihapus dan dibuang sejauh-jauhnya.
Kenapa? Karena sebenarnya ada obat alami untuk membunuh sel kanker yang
kekuatannya SEPULUH RIBU KALI LIPAT lebih ampuh dibanding terapi kemo.
Obat alami ini adalah buah yang familiar dengan orang Indonesia.
sirsak Inilah Obat Kanker Paling Ampuh yang Disembunyikan Bertahun tahun
Buah Sirsak dan Daun Sirsak
Tapi, Mengapa Kita Tidak Tahu?
Karena salah satu perusahaan dunia merahasiakan penemuan riset mengenai
hal ini serapat-rapatnya, mereka ingin dana riset yang di keluarkan
sangat besar, selama bertahun-tahun, dapat kembali lebih dulu plus
keuntungan berlimpah dengan cara membuat pohon Graviola Sintetis sebagai
bahan baku obat dan obatnya di jual ke pasar dunia.
Memprihatinkan, beberapa orang meninggal sia-sia, mengenaskan, karena
keganasan kanker, sedangkan perusahaan raksasa, pembuat obat dengan
omzet milyaran dollar menutup rapat-rapat rahasia keajaiban pohon ini.
Pohonnya pendek, di brazil dinamai “Graviola”, di Spanyol “Guanabana”
bahasa inggrisnya “soursop”. Di Indonesia, ya buah sirsak. Buahnya
berduri lunak, daging buah berwarna putih, rasanya manis-kecut/asam,
dimakan dengan cara membuka kulitnya atau di buat jus.
Khasiat dari buah sirsak ini memberikan effek anti tumor atau kanker
yang sangat kuat, dan terbukti secara medis menyembuhkan segala jenis
kanker. Selain menyembuhkan kanker, buah sirsak juga berfungsi sebagai
anti bakteri, anti jamur (fungi), efektif melawan berbagai jenis parasit
atau cacing, menurunkan tekanan darah tinggi, depresi, stress, dan
menormalkan kembali system syaraf yang kurang baik.
Salah satu contoh betapa pentingnya keberadaan Health Science Institute
bagi masyarakat Amerika adalah institute ini membuka tabir rahasia buah
ajaib ini. Fakta yang mencengangkan adalah: jauh dipedalaman hutan
amazon, tumbuh “pohon ajaib”, yang akan merubah cara berpikir anda,
dokter anda, dan dunia mengenai proses penyembuhan kanker dan harapan
untuk bertahan hidup. Tidak ada yang bisa menjanjikan lebih dari hal
ini, untuk masa-masa yang akan datang.
Riset Membuktikan “Pohon Ajaib” dan Buahnya Ini Mampu:
Menyerang sel kanker dengan aman dan efektif secara alami, tanpa
rasa mual, berat badan turun, ataupun rambut rontok, seperti yang
terjadi pada terapi kemo.
Melindungi sistim kekebalan tubuh dan mencegah dari infeksi yang
mematikan.
Pasien merasakan lebih kuat, lebih sehat selama proses perawatan
atau penyembuhan.
Energi meningkat dan penampilan fisik membaik.
Sumber berita sangat mengejutkan ini berasal dari salah satu pabrik obat
terbesar di Amerika. Buah Graviola di-test di lebih dari 20
Laboratorium, sejak tahun 1970-an sampai beberapa tahun berikutnya.
Hasil test dari ekstrak (sari) buah ini adalah
Secara efektif memilih target dan membunuh sel jahat dari 12 tipe
kanker yang berbeda, diantaranya kanker : Usus Besar, Payu Dara,
Prostat, Paru2, dan Pankreas.
Daya kerjanya 10.000 kali lebih kuat dalam memperlambat pertumbuhan
sel kanker dibandingkan dengan Adriamicin dan Terapi Kemo yang biasa di
gunakan.
Tidak seperti terapi kemo, sari buah ini secara selektif hanya
memburu dan membunuh sel2 jahat dan TIDAK membahayakan/ membunuh sel-sel
sehat.
Riset telah di lakukan secara ekstensive pada pohon “ajaib” ini, selama
bertahun-tahun tapi kenapa kita tidak tahu apa2 mengenai hal ini? Karena
begitu mudah kesehatan kita, kehidupan kita, dikendalikan oleh yang
memiliki uang dan kekuasaan.
Salah satu perusahaan obat terbesar di Amerika dengan omzet milyaran
dollar melakukan riset luar biasa pada pohon Graviola yang tumbuh
dihutan Amazon ini. Ternyata beberapa bagian dari pohon ini, yakni
kulit, akar, daun, daging buah dan bijinya selama berabad-abad menjadi
obat bagi suku Indian di Amerika selatan untuk menyembuhkan sakit
jantung, asma, masalah liver (hati) dan reumatik.
Dengan bukti-bukti ilmiah yang minim, perusahaan mengucurkan dana dan
sumber daya manusia yang sangat besar guna melakukan riset dan aneka
test. Hasilnya sangat mencengangkan. Graviola secara ilmiah terbukti
sebagai mesin pembunuh sel kanker.
Tapi… kisah Graviola hampir berakhir disini. Mengapa? Dibawah
undang-undang federal sumber bahan alami untuk obat DILARANG/TIDAK BISA
dipatenkan.
Perusahaan menghadapi masalah besar, berusaha sekuat tenaga dengan biaya
sangat besar untuk membuat sinthesa (kloning) dari Graviola ini agar
bisa di patenkan sehingga dana yang di keluarkan untuk riset dan aneka
test bisa kembali, dan bahkan meraup keuntungan besar. Tapi usaha ini
tidak berhasil. Graviola tidak dapat di-kloning. Perusahaan gigt jari
setelah mengeluarkan dana milyaran dollar untuk riset dan aneka test.
Ketika mimpi untuk mendapatkan keuntungan lebih besar berangsur-angsur
memudar, kegiatan riset dan test juga berhenti. Lebih parah lagi,
perusahaan menutup proyek ini dan memutuskan untuk TIDAK mempublikasikan
hasil riset ini.
Beruntunglah, ada salah seorang ilmuwan dari tim riset yang tidak tega
melihat kekejaman ini terjadi. Dengan mengorbankan karirnya, ia
menghubungi sebuah perusahaan yang biasa mengupulkan bahan-bahan alami
dari hutan amazon untuk pembuatan obat.
Ketika para pakar riset dari Health Science Institute mendengar berita
keajaiban Graviola, mereka mulai melakukan riset. Hasilnya sangat
mengejutkan. Graviola terbukti sebagai pohon pembunuh sel kanker yang
efektif.
The National Cancer Institute mulai melakukan riset ilmiah yang pertama
pada tahun 1976. hasilnya membuktikan bahwa daun dan batang kayu
Graviola mampu menyerang dan menghancurkan sel2 jahat kanker. Sayangnya
hasil ini hanya untuk keperluan intern dan tidak di publikasikan.
Sejak 1976, Graviola telah terbukti sebagai pembunuh sel kanker yang
luar biasa pada uji coba yang di lakukan leh 20 Laboratorium Independen
yang berbeda.
Suatu studi yang di publikasikan oleh The Journal of Natural Products
meyatakan bahwa studi yang dilakukan oleh Catholic University di korea
selatan, menyebutkan bahwa salah satu unsur kimia yang terkandung di
dalam Graviola, mampu memilih, membedakan dan membunuh sel kanker Usus
Besar dengan 10.000 kali lebih kuat dibandingkan dengan adriamicin dan
Terapi Kemo.
Penemuan yang paling mencolok dari study Catholic University ini adalah
Graviola bisa menyeleksi memilih dan membunuh hanya sel jahat kanker,
sedangkan sel yang sehat tidak tersentuh ataupun terganggu. Graviola
tidak seperti terapi kemo yang tidak bisa membedakan sel kanker dan sel
sehat, maka sel-sel reproduksi (seperti lambung dan rambut) dibunuh
habis oleh terapi kemo, sehingga timbul efek negatif seperti rasa mual
dan rambut rontok.
Sebuah studi di Purdue University membuktikan bahwa daun Graviola mampu
membunuh sel kanker secara efektif, terutama sel kanker prostat,
pankreas, dan paru-paru.
Setelah selama kurang lebih dari 7 tahun tidak ada berita mengenai
Graviola, akhirnya berita keajaiban ini ditemukan juga, melalui
informasi dari lembaga-lembaga tersebut di atas. Pasokan terbatas
ekstrak Graviola yang di budidayakan dan di panen oleh orang-orang
pribumi Brazil, kini bisa di peroleh di Amerika.
Sirsak mempunyai manfaat yang sangat besar dalam pencegahan dan
penyembuhan penyakit kanker. Daun sirsak ini katanya sifatnya seperti
kemoterapi, bahkan lebih hebat lagi karena daun sirsak hanya membunuh
sel sel yang tumbuh abnormal dan membiarkan sel sel yang tumbuh normal.
Sedangkan kemoterapi masih ada efek membunuh sebagian sel sel yang
normal.
Sekarang anda tahu manfaat buah sirsak yang luar biasa ini. Rasanya
manis2 kecut menyegarkan. Buah alami 100% tanpa efek samping
apapun.Sebar luaskan kabar baik ini kepada keluarga, saudara,
sahabat,dan teman yang anda kasihi.
Kisah lengkap tentang Graviola, dimana memperolehnya, dan bagaimana cara
memanfaatkannya, dapat di jumpai dalam Beyond Chemotherapy: New Cancer
Killers, Safe as Mother’s Milk, sebagai free special bonus terbitan
Health Science Institute.
Artikel ini hasil terjemahan Health Science Institute.
Read more ...
Bayi bermata satu lahir di Israel, Perlu penjelasan medis!
Bayi terlahir cacat "bermata satu" lahir di Israel
Dugaan sementara adalah DNA orangtuanya terkontaminasi.
Perlu penjelasan medis untuk kasus ini
sumber http://www.kaskus.co.id/thread/52b05263c0cb17e6688b462b/no-hoax--bayi-bermata-satu-lahir-di-israel-perlu-penjelasan-medis/1
Read more ...
Dugaan sementara adalah DNA orangtuanya terkontaminasi.
Perlu penjelasan medis untuk kasus ini
sumber http://www.kaskus.co.id/thread/52b05263c0cb17e6688b462b/no-hoax--bayi-bermata-satu-lahir-di-israel-perlu-penjelasan-medis/1
Tanda Lahir Ini Sempat Menghebohkan Dunia?
Tanda
lahir biasanya dibawa bayi ketika lahir di dunia biasanya tanda lahir
ini tidak berbahaya dan menimbulkan masalah kesehatan di kemudian hari
namun jarang sekali bayi yang lahir memiliki tanda lahir namun 5 orang
berikut ini memiliki Tanda Lahir Paling Aneh Di Dunia dan tidak biasa ingin tahu
siapa saja mereka dan tanda lahir seperti apa aja itu simak Tanda Lahir Ini Sempat Menghebohkan Dunia berikut ini seperti dikutip dari situs detik.com.
Mulanya tanda lahir hitam itu terlihat biasa saja. Namun ketika berusia 8 tahun, di tanda lahir hitam itu mulai tumbuh rambut berwarna kehitaman yang tebal. Zhang memiliki kelainan pigmen bawaan yang langka lantaran di tubuhnya terdapat nevus atau bercak berpigmen pada kulit. Kondisi itu menyebabkan bulu tebal tumbuh di sebagian kulitnya.
2. Connie Llyod, ‘bayi hidung badut’
Hidung badut yang besar, bulat dan berwarna merah adalah sesuatu yang
membuat lucu. Tapi bagaimana jika seorang bayi terlahir dengan hidung
badut? Bayi si hidung badut itu adalah Connie Llyod yang dilahirkan
sudah memiliki tumor di hidungnya.
Selama 2 tahun, Connie memiliki hidung berwarna merah seperti halnya hidung badut karena tumor jinak. Namun baru-baru ini hidung badut itu berhasil diangkat dan Connie punya hidung yang sempurna.
3. Maimaiti Hali, ‘Bocah Kura-kura’
Maimaiti Hali (8 tahun) seringkali diledek dan dijuluki sebagai ‘turtle
boy’ akibat kulit di punggungnya yang mengeras. Kondisi ini membuatnya
tampak berbeda dan aneh dibanding anak-anak lainnya.
Awalnya para medis mengalami kesulitan ketika mendiagnosis masalah ini karena belum pernah menemukan kasus seperti ini sebelumnya. Dokter pun menyatakan kondisi ini akibat sel kulit yang tumbuh keras dan terus berkembang membentuk cangkang kura-kura.
4. George Ashman, ‘Bocah Tanduk Setan’
George Ashman (6 tahun) lahir dengan memiliki tanda lahir hemangioma
yang berwarna merah terang dan ada benjolan pembuluh darah lembut yang
abnormal. Untuk menghilangkan tanda lahir berwarna merah itu, dokter
sampai harus menanam dua ‘tanduk’ di dahinya yang terlihat seperti
tanduk setan.
Dokter harus menanamkan (implan) 2 jaringan ekspander di bawah kulit yang tujuannya melebarkan kulit di dahi secara bertahap. Setelah kulit dahinya melebar dengan bantuan dua ‘tanduk’ itu maka dokter bisa mengambil kelebihan kulit di atas tanda merah itu.
5. Li Xiaoyuan, ‘Gadis Kucing’
Li Xiaoyuan dijuluki ‘gadis kucing’ karena bulu halus berwarna abu-abu
tumbuh di hampir seluruh badannya. Saat berusia 6 tahun, gadis asal
Fengkai, China selatan itu menemukan sebuah tanda seperti tanda lahir
pada bagian belakang tubuhnya. Tapi kemudian tanda itu berkembang
menjadi berbulu halus seperti bulu binatang.
Lama kelamaan, tanda itu semakin besar dan kini sudah menutupi hampir sebagian punggungnya serta merembet pula ke daerah tangan dan muka. Orang tua Xiaoyuan pun akhirnya membawanya ke dokter, tapi dokter pun justru kebingungan dan tidak bisa melakukan tindakan apa-apa untuk mengobati Xiaoyuan. Menurut dokter, kemungkinan menderita penyakit kulit yang sangat langka dan aneh yang belum diketahui
Read more ...
1. Zhang Hongming, ‘Manusia Simpanse’
Bulu tebal menutupi sebagian tubuh Zhang Hongming, pria yang berasal
dari Chongqing, China bagian barat daya. Bulu tersebut berwarna
kehitaman dan cukup tebal, sehingga mirip bulu simpanse. Karena itu dia
dijuluki pria ‘simpanse’.
Mulanya tanda lahir hitam itu terlihat biasa saja. Namun ketika berusia 8 tahun, di tanda lahir hitam itu mulai tumbuh rambut berwarna kehitaman yang tebal. Zhang memiliki kelainan pigmen bawaan yang langka lantaran di tubuhnya terdapat nevus atau bercak berpigmen pada kulit. Kondisi itu menyebabkan bulu tebal tumbuh di sebagian kulitnya.
2. Connie Llyod, ‘bayi hidung badut’
Selama 2 tahun, Connie memiliki hidung berwarna merah seperti halnya hidung badut karena tumor jinak. Namun baru-baru ini hidung badut itu berhasil diangkat dan Connie punya hidung yang sempurna.
3. Maimaiti Hali, ‘Bocah Kura-kura’
Awalnya para medis mengalami kesulitan ketika mendiagnosis masalah ini karena belum pernah menemukan kasus seperti ini sebelumnya. Dokter pun menyatakan kondisi ini akibat sel kulit yang tumbuh keras dan terus berkembang membentuk cangkang kura-kura.
4. George Ashman, ‘Bocah Tanduk Setan’
Dokter harus menanamkan (implan) 2 jaringan ekspander di bawah kulit yang tujuannya melebarkan kulit di dahi secara bertahap. Setelah kulit dahinya melebar dengan bantuan dua ‘tanduk’ itu maka dokter bisa mengambil kelebihan kulit di atas tanda merah itu.
5. Li Xiaoyuan, ‘Gadis Kucing’
Lama kelamaan, tanda itu semakin besar dan kini sudah menutupi hampir sebagian punggungnya serta merembet pula ke daerah tangan dan muka. Orang tua Xiaoyuan pun akhirnya membawanya ke dokter, tapi dokter pun justru kebingungan dan tidak bisa melakukan tindakan apa-apa untuk mengobati Xiaoyuan. Menurut dokter, kemungkinan menderita penyakit kulit yang sangat langka dan aneh yang belum diketahui
Senin, 16 Desember 2013
Pelanggan Flexi 'dipaksa' pindah ke Telkomsel
Industri fixed wireless access (FWA) memang telah meredup.
Apalagi, vendor teknologi yang menaunginya, code division wireless
access (CDMA) sudah menghentikan produksi perangkatnya. Alhasil,
operator FWA tidak bisa mengembangkan jaringannya lebih jauh lagi.
Meredupnya FWA dan CDMA memaksa PT Telekomunikasi Indonesia melikuidasi Telkom Flexi. Ke depannya, Telkom nampaknya sudah yakin untuk mematikan Flexi dan memindahkan pelanggannya ke Telkomsel, anak usaha Telkom.
Perpindahan ini bukan tak berdampak, sebab antara perizinan FWA dengan seluler berbeda. FWA merupakan layanan dengan mobilitas terbatas, sementara seluler tidak terbatas.
Pada FWA, konsep penomoran menggunakan telepon tetap atau dikenal dengan telepon rumah, sehingga mencirikan adanya kode wilayah. Sementara untuk seluler menggunakan konsep penomoran NDC (national destination code) seluler dengan ciri masing-masing operator seperti 0812, 0812 untuk Telkomsel, 0815, 0816 untuk Indosat, 0817, 0818 untuk XL dan sebagainya.
Dengan digesernya pengguna Flexi ke Telkomsel, mau tidak mau nomor akan berubah alias nomor lama menjadi hangus.
Selain itu, konsep penomoran dan layanan yang bersifat terbatas membuat tarif FWA relatif lebih murah daripada seluler.
Sehingga, dampak lainnya adalah kemungkinan adanya perbedaan tarif, bahkan lebih mahal, jika pengguna Flexi harus berpindah ke Telkomsel. Selain itu, dengan network yang lebih luas, tarif Telkomsel relatif di atas rata-rata tarif layanan seluler.
Sebagaimana diketahui, rencana mematikan Telkom Flexi dan menggesernya ke Telkomsel diungkap Direktur Utama Telkom Arief Yahya.
"Telkom Flexi itu kan layanan personal. Sebenarnya mudah ditebak sih personal service pasti harus diganti dengan personal service juga. Di Telkom ada dua personal services, Telkomsel dan Telkom Flexi. Jadi, pelanggan Flexi akan digeser ke Telkomsel," kata Arief.
Namun begitu, menurut Arief, Telkom tidak bisa serta merta mengambil keputusan karena tetap masih menunggu kebijakan dari pemerintah. "Tetapi soal ini semua kami harus menunggu kebijakan dari pemerintah," ujar Arief.
Read more ...
Meredupnya FWA dan CDMA memaksa PT Telekomunikasi Indonesia melikuidasi Telkom Flexi. Ke depannya, Telkom nampaknya sudah yakin untuk mematikan Flexi dan memindahkan pelanggannya ke Telkomsel, anak usaha Telkom.
Perpindahan ini bukan tak berdampak, sebab antara perizinan FWA dengan seluler berbeda. FWA merupakan layanan dengan mobilitas terbatas, sementara seluler tidak terbatas.
Pada FWA, konsep penomoran menggunakan telepon tetap atau dikenal dengan telepon rumah, sehingga mencirikan adanya kode wilayah. Sementara untuk seluler menggunakan konsep penomoran NDC (national destination code) seluler dengan ciri masing-masing operator seperti 0812, 0812 untuk Telkomsel, 0815, 0816 untuk Indosat, 0817, 0818 untuk XL dan sebagainya.
Dengan digesernya pengguna Flexi ke Telkomsel, mau tidak mau nomor akan berubah alias nomor lama menjadi hangus.
Selain itu, konsep penomoran dan layanan yang bersifat terbatas membuat tarif FWA relatif lebih murah daripada seluler.
Sehingga, dampak lainnya adalah kemungkinan adanya perbedaan tarif, bahkan lebih mahal, jika pengguna Flexi harus berpindah ke Telkomsel. Selain itu, dengan network yang lebih luas, tarif Telkomsel relatif di atas rata-rata tarif layanan seluler.
Sebagaimana diketahui, rencana mematikan Telkom Flexi dan menggesernya ke Telkomsel diungkap Direktur Utama Telkom Arief Yahya.
"Telkom Flexi itu kan layanan personal. Sebenarnya mudah ditebak sih personal service pasti harus diganti dengan personal service juga. Di Telkom ada dua personal services, Telkomsel dan Telkom Flexi. Jadi, pelanggan Flexi akan digeser ke Telkomsel," kata Arief.
Namun begitu, menurut Arief, Telkom tidak bisa serta merta mengambil keputusan karena tetap masih menunggu kebijakan dari pemerintah. "Tetapi soal ini semua kami harus menunggu kebijakan dari pemerintah," ujar Arief.
Minggu, 15 Desember 2013
Penyebab mayat di Tana Toraja bisa bangkit dan berjalan pulang
Menyeramkan! Tradisi Ma'nene di Tana Toraja
Di Tana Toraja ada sebuah ritual atau kebiasaan dalam prosesi pemakaman. Cukup unik dan, mungkin menyeramkan karena mayat yang telah disemayamkan bertahun-tahun di sebuah tebing tinggi dan kuburan batu, tiba-tiba jasadnya bangkit...
Mayat itu kemudian berjalan mencari rumahnya. Setiba di rumah, dia akan tidur lagi. Cerita mayat berjalan ini sudah dikenal masyarakat Toraja sejak jaman leluhur. Hingga kini ritual tersebut masih ada dan bisa dilihat dengan mata telanjang.
Berani lanjut?
Kabut tipis menyelimuti pegunungan Balla, Kecamatan Baruppu, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Di tengah balai-balai rumah, warga menggelar sebuah ritual. Mereka menyebutnya: Ma’nene. Sebuah ritual untuk mengenang leluhur, saudara dan handai taulan yang sudah meninggal. Dari sinilah misteri budaya Tana Toraja terkuak.
Seorang wanita tua terlihat dikelilingi warga. Semua orang memandang serius. Siapa wanita itu? Entahlah. Dilihat dari belakang, dia usianya kira-kira 60-70 tahun. Sangat tua. Rambutnya tergerai dengan lebat. Rambutnya sudah ditumbuhi uban. Dia sama sekali tidak bergerak. Kedua tangannya disilangkan ke depan. Wanita tua itu mengenakan pakaian kegemarannya: warna biru.
Seluruh kulitnya terlihat kusut. Ada warna putih kecoklat-coklatan. Kelihatannya dulu dia pernah mengalami kebakaran sehingga kulitnya menjadi begitu. Yang aneh, meski dikelilingi puluhan orang, wanita itu tetap tak bergeming. Mematung. Tidak menoleh atau berbicara. Setelah didekati, alamak, ternyata dia adalah sesosok mayat!
Ma’nene, begitu kata orang Toraja. Apa itu? Itu adalah mayat yang telah diawetkan. Bagi masyarakat Toraja, kematian adalah sesuatu yang disakralkan. Bagi mereka, kematian harus dihormati. Mereka yang mati biasanya diletakkan di dalam gua. Selama bertahun-tahun didiamkan di sana.
Nah, mayat tadi, adalah mayat seorang ibu sekaligus nenek yang telah meninggal selama bertahun-tahun. Tapi anehnya, mayat tersebut masih utuh. Apakah dia dibalsem? Tidak. Kisah tentang mayat utuh ini sudah ada sejak tahun 1905.
Mayat-mayat utuh tersebut pertama ditemukan di sebuah gua di Desa Sillanang. Saat ditemukan mayat tersebut tidak busuk, pun sampai sekarang. Uniknya, mayat untuh itu tidak dibalsem maupun diberi ramuan. Alami.
Menurut Tampubolon, (45), anak ketua adat setempat, kemungkinan ada semacam zat di gua itu yang khasiatnya bisa mengawetkan mayat manusia. “Kalau saja ada ahli geologi dan kimia yang mau membuang waktu menyelidiki tempat itu, sepertinya teka teki gua Sillanang dapat dipecahkan,” kata Tampubolon.
Awal Mula Tradisi Ma’nene
Kisah Ma`nene bermula dari seorang pemburu binatang bernama Pong Rumasek, ratusan tahun lampau. Ketika itu, dirinya berburu hingga masuk kawasan hutan pegunungan Balla.
Dikisahkan di tengah perburuan, Pong Rumasek, warga Toraja, menemukan jasad seseorang yang meninggal dunia. Jasad itu tergeletak di tengah jalan di dalam hutan lebat. Kondisinya mengenaskan.
Tubuhnya tinggal tulang belulang. Hati Pong Rumasek tergugah. Ia ingi merawatnya. Jasad itu dibungkus dengan baju yang dipakainya. Setelah dirasa aman, Pong Rumasek kemudian melanjutkan perburuannya.
Sejak kejadian itu, setiap kali Pong mengincar binatang buruan, dia selalu mudah mendapatkannya, termasuk buah-buahan di hutan. Kejadian aneh kembali terulang ketika Pong Rumasek pulang ke rumah. Tanaman pertanian yang ditinggalkan, tiba-tiba panen lebih cepat dari waktunya. Bahkan, hasilnya berlimpah.
Sejak itu, setiap kali berburu ke hutan, Pong selalu menemui arwah orang mati yang pernah dirawatnya. Bahkan, arwah tersebut sering diajak berburu menggiring binatang.
Pong Rumasek pun berkesimpulan bahwa jasad orang yang meninggal dunia harus tetap dimuliakan, meski itu hanya tinggal tulang belulangnya. Maka dari itu, setiap tahun sekali sehabis panen besar di bulan Agustus, setiap penduduk Baruppu selalu mengadakan Ma`nene, upacara pemakaman untuk menghormati leluhur, tak lain mendiang Pong Rumasek.
Bagi masyarakat Baruppu, ritual Ma`nene juga dimaknai sebagai perekat kekerabatan di antara mereka. Bahkan Ma`nene menjadi aturan adat yang tak tertulis yang selalu dipatuhi setiap warga.
Ketika salah satu pasangan suami istri meninggal dunia, maka pasangan yang ditinggal mati tak boleh kawin lagi sebelum mengadakan Ma`nene. Mereka menganggap sebelum melaksanakan ritual Ma`nene, status mereka masih dianggap pasangan suami istri yang sah.
Tapi, jika sudah melakukan Ma`nene, maka pasangan yang masih hidup dianggap sudah bujangan dan berhak untuk kawin lagi.
Ritual Ma`nene sendiri dilakukan setiap tahun sekali. Ini merupakan satu-satunya warisan leluhur yang masih dipertahankan secara rutin hingga kini. Kesetiaan mereka terhadap amanah leluhur melekat pada setiap warga desa.
Penduduk Desa Baruppu percaya jika ketentuan adat yang diwariskan dilanggar maka akan datang musibah yang melanda seisi desa. Misalnya, gagal panen atau salah satu keluarga akan menderita sakit berkepanjangan.
Dalam bahasa Bugis, Toraja diartikan sebagai orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan. Namun, masyarakat Toraja sendiri lebih menyukai dirinya disebut sebagai orang Maraya atau orang keturunan bangsawan yang bernama Sawerigading.
Berbeda dengan orang Toraja pada umumnya, masyarakat Baruppu lebih mengenal asal usulnya dari Ta`dung Langit atau yang datang dari awan.
Lama kelamaan Ta`dung Langit yang menyamar sebagai pemburu ini menetap di kawasan hutan Baruppu dan kawin dengan Dewi Kesuburan Bumi. Karena itu, sering terlihat ketika orang Toraja meninggal dunia, mayatnya selalu dikuburkan di liang batu.
Tradisi tersebut erat kaitannya dengan konsep hidup masyarakat Toraja bahwa leluhurnya yang suci berasal dari langit dan bumi. Maka, tak semestinya orang yang meninggal dunia, jasadnya dikuburkan dalam tanah. Bagi mereka hal itu akan merusak kesucian bumi yang berakibat pada kesuburan bumi.
Seperti yang dilakukan keluarga besar Tumonglo. Bagi keluarga Tumonglo, ritual Ma`nene adalah sakral dan wajib dilakukan. Sejak pagi, keluarga ini sudah disibukkan serangkaian kegiatan ritual yang diawali dengan memotong kerbau dan babi. Bagi keluarga Tumonglo maupun sebagian besar masyarakat Toraja lainnya pesta adalah bagian yang tak terpisahkan setiap kali menghormati orang yang akan menuju nirwana. Meski mereka sudah banyak yang menganut agama-agama samawi, adat dan tradisi yang diwariskan para leluhurnya ini tak mudah ditinggalkan.
Kini, tiba saatnya keluarga Tumonglo menjalani ritual inti dari Ma`nene. Di bawah kuburan tebing batu Tunuan keluarga ini berkumpul menunggu peti jenazah nenek Biu–leluhur keluarga Tumonglo yang meninggal dunia setahun lalu–diturunkan.
Tak jauh dari tebing, kaum lelaki saling bergandengan tangan membentuk lingkaran sambil melantunkan Ma`badong. Sebuah gerak dan lagu yang melambangkan ratapan kesedihan mengenang jasa mendiang yang telah wafat sekaligus memberi semangat pada keluarga almarhum.
Bersamaan dengan itu, peti jenazahpun mulai diturunkan dari lubang batu secara perlahan-lahan. Peti kusam itu berisi jasad nenek Biu. Keluarga Tumonglo mempercayai bahwa ada kehidupan kekal setelah kematian. Sejatinya kematian bukanlah akhir dari segala risalah kehidupan. Karena itu, menjadi kewajiban bagi setiap keluarga untuk mengenang dan merawat jasad leluhurnya meski sudah meninggal dunia beberapa tahun lalu.
Dalam ritual ini, jasad orang mati dikeluarkan kembali dari tempatnya. Kemudian, mayat tersebut dibungkus ulang dengan lembaran kain baru oleh masing-masing anak cucunya.
Di desa Bu`buk, suasananya tak jauh beda dengan desa lainnya di Kecamatan Baruppu. Di tempat ini keluarga besar Johanes Kiding juga akan melakukan Ma`nene terhadap leluhurnya Ne`kiding. Sebelum ke kuburan, masyarakat dan handai taulan berkumpul di pelataran desa di bawah deretan rumah tradisional khas Toraja, Tongkonan.
Namun, kuburan yang dituju bukan liang batu seperti umumnya, melainkan Patane, semacam kuburan batu atau rumah kecil yang digunakan untuk menyimpan jasad para leluhur mereka.
Acara dilanjutkan dengan membuka dua peti yang berisi jasad leluhur. Mayat yang sudah meninggal setahun yang lalu itu dibungkus ulang dengan kain baru. Perlakuan itu diyakini atas rasa hormat mereka pada leluhur semasa hidup. Mereka yakin arwah leluhur masih ada untuk memberi kebaikan.
Dalam setiap Ma`nene, jasad orang yang meninggal pantang diletakkan di dasar tanah. Karena itu, para sanak keluarga selalu menjaganya dengan memangku jasad leluhurnya. Tak ayal, tangis kepiluan kembali merebak. Mereka meratapi leluhurnya sambil menyebut-nyebut namanya. Jasad yang sudah dibungkus kain baru pun dimasukkan kembali ke dalam rumah patane. Kini, keluarga Johanes pun telah selesai melaksanakan amanah leluhur.
Mayat-mayat yang dimakamkan di kuburan tebing atau kuburan batu (patane)–setelah bertahun-tahun berlalu–kemudian diangkat dan dikeluarkan. Di situ para kerabat keluarga akan menangis. Tapi ada tradisi kuno yang dilakukan warga Toraja, selain mengeluarkan mayat, mereka juga membangkitkan mayat. Lebih unik lagi, mayat tersebut bisa disuruh berjalan pulang ke rumah. Hii…ngeri.
Yah, inilah fakta yang terjadi di Tana Toraja. Dan, mungkin hanya ada di tempat ini. Jika selama ini mayat berjalan hanya bisa ditonton di film-film yang tidak nyata, maka tradisi mayat berjalan di Tanah Toraja benar-benar ada di depan mata dan sangat nyata.
Cerita mengenai mayat berjalan banyak versinya. Versi yang pertama menyebutkan, dulu, ratusan tahun sebelumnya pernah terjadi perang saudara di Tana Toraja. Perang itu melibatkan orang-orang Toraja Barat dan Toraja Timur.
Dalam peperangan tersebut, Toraja Barat kalah telak. Sebagian besar tewas. Tetapi pada saat akan pulang kampung, seluruh mayat Toraja Barat bangkit dari kematin. Dan, berjalan. Sedang orang Toraja Timur, walaupun hanya sedikit yang tewas, mereka tetap menggotong mayat saudara mereka yang mati. Perang itu dianggap seri.
Sementara versi kedua menurut Tampubolon, mayat berjalan kaku dan agak tersentak-sentak itu sebenarnya sudah mengakar dari kehidupan masa lalu. Dulu, orang-orang Toraja biasa menjelajah daerah-daerah yang bergunung-gunung. Di sana banyak ceruk. Dan kemana-mana mereka hanya dengan berjalan kaki.
“Dari zaman purba sampai sekarang tetap begitu. Mereka tidak mengenal pedati, delman, gerobak atau semacamnya. Dalam perjalanan itu, banyak dari mereka yang jatuh sakit dan mati,” cerita Tampubolon.
Nah, supaya mayat tidak sampai ditinggal di daerah yang tidak dikenal (orang Toraja sangat menghormati roh orang mati), maka dengan satu ilmu gaib (semacam hipnotis), mayat-mayat itu kemudian dapat berjalan pulang. Cara demikian dilakukan supaya mayat tidak menyusahkan manusia lain. Sebab akan sangat tidak mungkin menggotong terus-menerus jenazah sepanjang perjalanan yang makan waktu berhari-hari. Mayat berjalan itu baru berhenti bila ia sudah meletakkan badannya di dalam rumahnya sendiri.
Kendati demikian masih ada satu pantangan, yakni mayat yang berjalan tidak boleh disentuh. “Kalau disentuh hopnotisnya akan hilang,” terang Tampubolon yang sudah sejak kecil melihat ayahnya menghipnotis mayat berjalan.
Pada keturunan selanjutnya, orang-orang Toraja sering menguburkan mayatnya dengan cara mayat tersebut berjalan sendiri ke liang kuburnya. Begitu pula saat mereka ingin pulang atau dikangeni keluarganya. Di rumah, memang telah disediakan satu tempat khusus untuk mayat-mayat tersebut. Bila mereka (mayat) pulang, mereka bisa menghuni rumah itu. Setiba di rumah mereka akan tidur lagi. Tapi jika mau kembali ke rumah sebelumnya, yakni patane, mereka akan berjalan lagi.
Fenomena mayat berjalan juga dituturkan, Ardiansyah (28), warga asli Tanah Toraja. Dia mengaku pernah pernah menyaksikan sendiri dengan mata telanjang, ada mayat berjalan sendiri.
“Kejadiannya sekitar tahun 1992. Waktu itu saya baru kelas 3 SD. Pada saat itu di desa saya ada seorang bernama Pongbarrak yang ibunya meninggal. Seperti adat orang Toraja, sang mayat tidak langsung dikuburkan tetapi masih harus melalui prosesi adat rambu solo atau penguburan,” jelas Ardiansyah.
Setelah mayat dimandikan, lanjut Ardiansyah, mayat itu kemudian diletakkan di tempat tidur dalam sebuah kamar khusus sebelum dimasukkan ke peti jenasah. Pada malam ketiga, seluruh keluarga berkumpul untuk membicarakan bagaimana prosesi pemakaman yang akan dilaksanakan nanti.
“Saat itu saya duduk di teras rumah, tiba-tiba ada kegaduhan dalam rumah. Semua ibu-ibu berteriak. Karena penasaran, saya berusaha melongok ke dalam rumah. Dan astaga, mayat ibu Pngbarrak berjalan keluar dari kamar,” kenang Ardiansyah.
Ardiansyah menceritakan, saat itu dia dan temannya kontan berteriak histeris. Saking takutnya mereka langsung berlari menuruni tangga.
“Saya berlari dan mendapatkan ayah saya sambil berteriak histeris. Setelah itu saya langsung dibawa pulang ke rumah dan saya tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya,” cerita Ardiansyah yang mengaku baru pertama kali melihat mayat berjalan.
Keesokan harinya, kejadian tersebut membuat seluruh warga heboh. Dan informasi yang diperoleh Ardiansyah, Pongbarrak sengaja melakukan ritual tersebut karena dia ingin menghormati ibunya. Cuma pada malam itu, dia tidak ingin memindahkan ibunya. Pongbarrak cuma berusaha mempraktekkan ilmunya. Sebab konon, jika sang ibu sudah berada di kuburan batu, sewaktu-waktu dia akan menarik ibunya kembali untuk diajak pulang. Tentunya dengan cara berjalan sendiri.
Pada zaman sekarang, diakui Ardiansyah, memang hal itu nyaris tidak pernah terjadi, kecuali orang-orang Toraja yang berada di pedalaman. “Generasi muda seperti saya, malah tidak tahu soal itu. Yang kami tahu, kalau orang mati itu akan diletakkan di kuburan batu. Mereka bisa awet hingga bertahun-tahun,” jelas Ardiansyah yang mengaku pernah memakamkan keluarganya di kuburan batu.
Cuma, yang dibingungi Ardiansyah, adalah mayat berjalan. Menurutnya tradisi itu bukan sembarangan dilakukan oleh orang Tanah Toraja. Mereka yang bisa melakukan itu sebelumnya memiliki ilmu tertentu yang diturunkan dari guru-gurunya atau sesepuh adat.
“Itu ilmu kuno. Di jaman sekarang tak banyak orang bisa melakukan itu,” kata Ardiansyah.
Ardiansyah menambahkan, dia dulunya juga pernah diajari kakeknya. Tapi karena membangkitkan mayat dirasa ngeri, maka dia urung mempelajari ilmu tersebut.
Biasanya, orang yang memiliki ilmu membangkitkan orang mati, mereka awalnya mempraktekkan pada binatang seperti ayam atau kerbau yang diadu dalam keadaan leher terputus.
“Binatang seperti kerbau yang sudah dipotong kepalanya dan dikuliti habis pun, jika diberi mantera-mantera atau ilmu gaib Tanah Toraja, mereka masih bisa dibuat berdiri dan berlari kencang, mengamuk ke sana sini,” kutip Ardiansyah yang mengaku bangga dengan adat leluhurnya.
Meski begitu, tradisi Tanah Toraja menjalankan mayat dari rante (tempat persemayaman) ke patane, diakui Ardiansyah, hanya bisa dilakukan oleh masyarakat Toraja. Mayat-mayat tersebut dapat berjalan karena doa-doa yang dipanjatkan ke leluhur dan arwah almarhum.
Sayang, ritual ini perlahan mulai ditinggalkan. Sebab masyarakat Toraja telah banyak yang memeluk agama samawi. “Ritual Ma’nene sebenarnya tidak hilang, cuma jarang dipakai saja. Tapi bila mau masuk ke pelosok desa, ritual mayat berjalan masih tetap dijalankan. Sebab warga Toraja masih percaya dengan hal-hal mistik dan karena mereka ingin menjaga kekhasan budaya leluhur agar tidak hilang.
Read more ...
Di Tana Toraja ada sebuah ritual atau kebiasaan dalam prosesi pemakaman. Cukup unik dan, mungkin menyeramkan karena mayat yang telah disemayamkan bertahun-tahun di sebuah tebing tinggi dan kuburan batu, tiba-tiba jasadnya bangkit...
Mayat itu kemudian berjalan mencari rumahnya. Setiba di rumah, dia akan tidur lagi. Cerita mayat berjalan ini sudah dikenal masyarakat Toraja sejak jaman leluhur. Hingga kini ritual tersebut masih ada dan bisa dilihat dengan mata telanjang.
Berani lanjut?
Kabut tipis menyelimuti pegunungan Balla, Kecamatan Baruppu, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Di tengah balai-balai rumah, warga menggelar sebuah ritual. Mereka menyebutnya: Ma’nene. Sebuah ritual untuk mengenang leluhur, saudara dan handai taulan yang sudah meninggal. Dari sinilah misteri budaya Tana Toraja terkuak.
Seorang wanita tua terlihat dikelilingi warga. Semua orang memandang serius. Siapa wanita itu? Entahlah. Dilihat dari belakang, dia usianya kira-kira 60-70 tahun. Sangat tua. Rambutnya tergerai dengan lebat. Rambutnya sudah ditumbuhi uban. Dia sama sekali tidak bergerak. Kedua tangannya disilangkan ke depan. Wanita tua itu mengenakan pakaian kegemarannya: warna biru.
Seluruh kulitnya terlihat kusut. Ada warna putih kecoklat-coklatan. Kelihatannya dulu dia pernah mengalami kebakaran sehingga kulitnya menjadi begitu. Yang aneh, meski dikelilingi puluhan orang, wanita itu tetap tak bergeming. Mematung. Tidak menoleh atau berbicara. Setelah didekati, alamak, ternyata dia adalah sesosok mayat!
Ma’nene, begitu kata orang Toraja. Apa itu? Itu adalah mayat yang telah diawetkan. Bagi masyarakat Toraja, kematian adalah sesuatu yang disakralkan. Bagi mereka, kematian harus dihormati. Mereka yang mati biasanya diletakkan di dalam gua. Selama bertahun-tahun didiamkan di sana.
Nah, mayat tadi, adalah mayat seorang ibu sekaligus nenek yang telah meninggal selama bertahun-tahun. Tapi anehnya, mayat tersebut masih utuh. Apakah dia dibalsem? Tidak. Kisah tentang mayat utuh ini sudah ada sejak tahun 1905.
Mayat-mayat utuh tersebut pertama ditemukan di sebuah gua di Desa Sillanang. Saat ditemukan mayat tersebut tidak busuk, pun sampai sekarang. Uniknya, mayat untuh itu tidak dibalsem maupun diberi ramuan. Alami.
Menurut Tampubolon, (45), anak ketua adat setempat, kemungkinan ada semacam zat di gua itu yang khasiatnya bisa mengawetkan mayat manusia. “Kalau saja ada ahli geologi dan kimia yang mau membuang waktu menyelidiki tempat itu, sepertinya teka teki gua Sillanang dapat dipecahkan,” kata Tampubolon.
Awal Mula Tradisi Ma’nene
Kisah Ma`nene bermula dari seorang pemburu binatang bernama Pong Rumasek, ratusan tahun lampau. Ketika itu, dirinya berburu hingga masuk kawasan hutan pegunungan Balla.
Dikisahkan di tengah perburuan, Pong Rumasek, warga Toraja, menemukan jasad seseorang yang meninggal dunia. Jasad itu tergeletak di tengah jalan di dalam hutan lebat. Kondisinya mengenaskan.
Tubuhnya tinggal tulang belulang. Hati Pong Rumasek tergugah. Ia ingi merawatnya. Jasad itu dibungkus dengan baju yang dipakainya. Setelah dirasa aman, Pong Rumasek kemudian melanjutkan perburuannya.
Sejak kejadian itu, setiap kali Pong mengincar binatang buruan, dia selalu mudah mendapatkannya, termasuk buah-buahan di hutan. Kejadian aneh kembali terulang ketika Pong Rumasek pulang ke rumah. Tanaman pertanian yang ditinggalkan, tiba-tiba panen lebih cepat dari waktunya. Bahkan, hasilnya berlimpah.
Sejak itu, setiap kali berburu ke hutan, Pong selalu menemui arwah orang mati yang pernah dirawatnya. Bahkan, arwah tersebut sering diajak berburu menggiring binatang.
Pong Rumasek pun berkesimpulan bahwa jasad orang yang meninggal dunia harus tetap dimuliakan, meski itu hanya tinggal tulang belulangnya. Maka dari itu, setiap tahun sekali sehabis panen besar di bulan Agustus, setiap penduduk Baruppu selalu mengadakan Ma`nene, upacara pemakaman untuk menghormati leluhur, tak lain mendiang Pong Rumasek.
Bagi masyarakat Baruppu, ritual Ma`nene juga dimaknai sebagai perekat kekerabatan di antara mereka. Bahkan Ma`nene menjadi aturan adat yang tak tertulis yang selalu dipatuhi setiap warga.
Ketika salah satu pasangan suami istri meninggal dunia, maka pasangan yang ditinggal mati tak boleh kawin lagi sebelum mengadakan Ma`nene. Mereka menganggap sebelum melaksanakan ritual Ma`nene, status mereka masih dianggap pasangan suami istri yang sah.
Tapi, jika sudah melakukan Ma`nene, maka pasangan yang masih hidup dianggap sudah bujangan dan berhak untuk kawin lagi.
Ritual Ma`nene sendiri dilakukan setiap tahun sekali. Ini merupakan satu-satunya warisan leluhur yang masih dipertahankan secara rutin hingga kini. Kesetiaan mereka terhadap amanah leluhur melekat pada setiap warga desa.
Penduduk Desa Baruppu percaya jika ketentuan adat yang diwariskan dilanggar maka akan datang musibah yang melanda seisi desa. Misalnya, gagal panen atau salah satu keluarga akan menderita sakit berkepanjangan.
Dalam bahasa Bugis, Toraja diartikan sebagai orang yang berdiam di negeri atas atau pegunungan. Namun, masyarakat Toraja sendiri lebih menyukai dirinya disebut sebagai orang Maraya atau orang keturunan bangsawan yang bernama Sawerigading.
Berbeda dengan orang Toraja pada umumnya, masyarakat Baruppu lebih mengenal asal usulnya dari Ta`dung Langit atau yang datang dari awan.
Lama kelamaan Ta`dung Langit yang menyamar sebagai pemburu ini menetap di kawasan hutan Baruppu dan kawin dengan Dewi Kesuburan Bumi. Karena itu, sering terlihat ketika orang Toraja meninggal dunia, mayatnya selalu dikuburkan di liang batu.
Tradisi tersebut erat kaitannya dengan konsep hidup masyarakat Toraja bahwa leluhurnya yang suci berasal dari langit dan bumi. Maka, tak semestinya orang yang meninggal dunia, jasadnya dikuburkan dalam tanah. Bagi mereka hal itu akan merusak kesucian bumi yang berakibat pada kesuburan bumi.
Seperti yang dilakukan keluarga besar Tumonglo. Bagi keluarga Tumonglo, ritual Ma`nene adalah sakral dan wajib dilakukan. Sejak pagi, keluarga ini sudah disibukkan serangkaian kegiatan ritual yang diawali dengan memotong kerbau dan babi. Bagi keluarga Tumonglo maupun sebagian besar masyarakat Toraja lainnya pesta adalah bagian yang tak terpisahkan setiap kali menghormati orang yang akan menuju nirwana. Meski mereka sudah banyak yang menganut agama-agama samawi, adat dan tradisi yang diwariskan para leluhurnya ini tak mudah ditinggalkan.
Kini, tiba saatnya keluarga Tumonglo menjalani ritual inti dari Ma`nene. Di bawah kuburan tebing batu Tunuan keluarga ini berkumpul menunggu peti jenazah nenek Biu–leluhur keluarga Tumonglo yang meninggal dunia setahun lalu–diturunkan.
Tak jauh dari tebing, kaum lelaki saling bergandengan tangan membentuk lingkaran sambil melantunkan Ma`badong. Sebuah gerak dan lagu yang melambangkan ratapan kesedihan mengenang jasa mendiang yang telah wafat sekaligus memberi semangat pada keluarga almarhum.
Bersamaan dengan itu, peti jenazahpun mulai diturunkan dari lubang batu secara perlahan-lahan. Peti kusam itu berisi jasad nenek Biu. Keluarga Tumonglo mempercayai bahwa ada kehidupan kekal setelah kematian. Sejatinya kematian bukanlah akhir dari segala risalah kehidupan. Karena itu, menjadi kewajiban bagi setiap keluarga untuk mengenang dan merawat jasad leluhurnya meski sudah meninggal dunia beberapa tahun lalu.
Dalam ritual ini, jasad orang mati dikeluarkan kembali dari tempatnya. Kemudian, mayat tersebut dibungkus ulang dengan lembaran kain baru oleh masing-masing anak cucunya.
Di desa Bu`buk, suasananya tak jauh beda dengan desa lainnya di Kecamatan Baruppu. Di tempat ini keluarga besar Johanes Kiding juga akan melakukan Ma`nene terhadap leluhurnya Ne`kiding. Sebelum ke kuburan, masyarakat dan handai taulan berkumpul di pelataran desa di bawah deretan rumah tradisional khas Toraja, Tongkonan.
Namun, kuburan yang dituju bukan liang batu seperti umumnya, melainkan Patane, semacam kuburan batu atau rumah kecil yang digunakan untuk menyimpan jasad para leluhur mereka.
Acara dilanjutkan dengan membuka dua peti yang berisi jasad leluhur. Mayat yang sudah meninggal setahun yang lalu itu dibungkus ulang dengan kain baru. Perlakuan itu diyakini atas rasa hormat mereka pada leluhur semasa hidup. Mereka yakin arwah leluhur masih ada untuk memberi kebaikan.
Dalam setiap Ma`nene, jasad orang yang meninggal pantang diletakkan di dasar tanah. Karena itu, para sanak keluarga selalu menjaganya dengan memangku jasad leluhurnya. Tak ayal, tangis kepiluan kembali merebak. Mereka meratapi leluhurnya sambil menyebut-nyebut namanya. Jasad yang sudah dibungkus kain baru pun dimasukkan kembali ke dalam rumah patane. Kini, keluarga Johanes pun telah selesai melaksanakan amanah leluhur.
Mayat-mayat yang dimakamkan di kuburan tebing atau kuburan batu (patane)–setelah bertahun-tahun berlalu–kemudian diangkat dan dikeluarkan. Di situ para kerabat keluarga akan menangis. Tapi ada tradisi kuno yang dilakukan warga Toraja, selain mengeluarkan mayat, mereka juga membangkitkan mayat. Lebih unik lagi, mayat tersebut bisa disuruh berjalan pulang ke rumah. Hii…ngeri.
Yah, inilah fakta yang terjadi di Tana Toraja. Dan, mungkin hanya ada di tempat ini. Jika selama ini mayat berjalan hanya bisa ditonton di film-film yang tidak nyata, maka tradisi mayat berjalan di Tanah Toraja benar-benar ada di depan mata dan sangat nyata.
Cerita mengenai mayat berjalan banyak versinya. Versi yang pertama menyebutkan, dulu, ratusan tahun sebelumnya pernah terjadi perang saudara di Tana Toraja. Perang itu melibatkan orang-orang Toraja Barat dan Toraja Timur.
Dalam peperangan tersebut, Toraja Barat kalah telak. Sebagian besar tewas. Tetapi pada saat akan pulang kampung, seluruh mayat Toraja Barat bangkit dari kematin. Dan, berjalan. Sedang orang Toraja Timur, walaupun hanya sedikit yang tewas, mereka tetap menggotong mayat saudara mereka yang mati. Perang itu dianggap seri.
Sementara versi kedua menurut Tampubolon, mayat berjalan kaku dan agak tersentak-sentak itu sebenarnya sudah mengakar dari kehidupan masa lalu. Dulu, orang-orang Toraja biasa menjelajah daerah-daerah yang bergunung-gunung. Di sana banyak ceruk. Dan kemana-mana mereka hanya dengan berjalan kaki.
“Dari zaman purba sampai sekarang tetap begitu. Mereka tidak mengenal pedati, delman, gerobak atau semacamnya. Dalam perjalanan itu, banyak dari mereka yang jatuh sakit dan mati,” cerita Tampubolon.
Nah, supaya mayat tidak sampai ditinggal di daerah yang tidak dikenal (orang Toraja sangat menghormati roh orang mati), maka dengan satu ilmu gaib (semacam hipnotis), mayat-mayat itu kemudian dapat berjalan pulang. Cara demikian dilakukan supaya mayat tidak menyusahkan manusia lain. Sebab akan sangat tidak mungkin menggotong terus-menerus jenazah sepanjang perjalanan yang makan waktu berhari-hari. Mayat berjalan itu baru berhenti bila ia sudah meletakkan badannya di dalam rumahnya sendiri.
Kendati demikian masih ada satu pantangan, yakni mayat yang berjalan tidak boleh disentuh. “Kalau disentuh hopnotisnya akan hilang,” terang Tampubolon yang sudah sejak kecil melihat ayahnya menghipnotis mayat berjalan.
Pada keturunan selanjutnya, orang-orang Toraja sering menguburkan mayatnya dengan cara mayat tersebut berjalan sendiri ke liang kuburnya. Begitu pula saat mereka ingin pulang atau dikangeni keluarganya. Di rumah, memang telah disediakan satu tempat khusus untuk mayat-mayat tersebut. Bila mereka (mayat) pulang, mereka bisa menghuni rumah itu. Setiba di rumah mereka akan tidur lagi. Tapi jika mau kembali ke rumah sebelumnya, yakni patane, mereka akan berjalan lagi.
Fenomena mayat berjalan juga dituturkan, Ardiansyah (28), warga asli Tanah Toraja. Dia mengaku pernah pernah menyaksikan sendiri dengan mata telanjang, ada mayat berjalan sendiri.
“Kejadiannya sekitar tahun 1992. Waktu itu saya baru kelas 3 SD. Pada saat itu di desa saya ada seorang bernama Pongbarrak yang ibunya meninggal. Seperti adat orang Toraja, sang mayat tidak langsung dikuburkan tetapi masih harus melalui prosesi adat rambu solo atau penguburan,” jelas Ardiansyah.
Setelah mayat dimandikan, lanjut Ardiansyah, mayat itu kemudian diletakkan di tempat tidur dalam sebuah kamar khusus sebelum dimasukkan ke peti jenasah. Pada malam ketiga, seluruh keluarga berkumpul untuk membicarakan bagaimana prosesi pemakaman yang akan dilaksanakan nanti.
“Saat itu saya duduk di teras rumah, tiba-tiba ada kegaduhan dalam rumah. Semua ibu-ibu berteriak. Karena penasaran, saya berusaha melongok ke dalam rumah. Dan astaga, mayat ibu Pngbarrak berjalan keluar dari kamar,” kenang Ardiansyah.
Ardiansyah menceritakan, saat itu dia dan temannya kontan berteriak histeris. Saking takutnya mereka langsung berlari menuruni tangga.
“Saya berlari dan mendapatkan ayah saya sambil berteriak histeris. Setelah itu saya langsung dibawa pulang ke rumah dan saya tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya,” cerita Ardiansyah yang mengaku baru pertama kali melihat mayat berjalan.
Keesokan harinya, kejadian tersebut membuat seluruh warga heboh. Dan informasi yang diperoleh Ardiansyah, Pongbarrak sengaja melakukan ritual tersebut karena dia ingin menghormati ibunya. Cuma pada malam itu, dia tidak ingin memindahkan ibunya. Pongbarrak cuma berusaha mempraktekkan ilmunya. Sebab konon, jika sang ibu sudah berada di kuburan batu, sewaktu-waktu dia akan menarik ibunya kembali untuk diajak pulang. Tentunya dengan cara berjalan sendiri.
Pada zaman sekarang, diakui Ardiansyah, memang hal itu nyaris tidak pernah terjadi, kecuali orang-orang Toraja yang berada di pedalaman. “Generasi muda seperti saya, malah tidak tahu soal itu. Yang kami tahu, kalau orang mati itu akan diletakkan di kuburan batu. Mereka bisa awet hingga bertahun-tahun,” jelas Ardiansyah yang mengaku pernah memakamkan keluarganya di kuburan batu.
Cuma, yang dibingungi Ardiansyah, adalah mayat berjalan. Menurutnya tradisi itu bukan sembarangan dilakukan oleh orang Tanah Toraja. Mereka yang bisa melakukan itu sebelumnya memiliki ilmu tertentu yang diturunkan dari guru-gurunya atau sesepuh adat.
“Itu ilmu kuno. Di jaman sekarang tak banyak orang bisa melakukan itu,” kata Ardiansyah.
Ardiansyah menambahkan, dia dulunya juga pernah diajari kakeknya. Tapi karena membangkitkan mayat dirasa ngeri, maka dia urung mempelajari ilmu tersebut.
Biasanya, orang yang memiliki ilmu membangkitkan orang mati, mereka awalnya mempraktekkan pada binatang seperti ayam atau kerbau yang diadu dalam keadaan leher terputus.
“Binatang seperti kerbau yang sudah dipotong kepalanya dan dikuliti habis pun, jika diberi mantera-mantera atau ilmu gaib Tanah Toraja, mereka masih bisa dibuat berdiri dan berlari kencang, mengamuk ke sana sini,” kutip Ardiansyah yang mengaku bangga dengan adat leluhurnya.
Meski begitu, tradisi Tanah Toraja menjalankan mayat dari rante (tempat persemayaman) ke patane, diakui Ardiansyah, hanya bisa dilakukan oleh masyarakat Toraja. Mayat-mayat tersebut dapat berjalan karena doa-doa yang dipanjatkan ke leluhur dan arwah almarhum.
Sayang, ritual ini perlahan mulai ditinggalkan. Sebab masyarakat Toraja telah banyak yang memeluk agama samawi. “Ritual Ma’nene sebenarnya tidak hilang, cuma jarang dipakai saja. Tapi bila mau masuk ke pelosok desa, ritual mayat berjalan masih tetap dijalankan. Sebab warga Toraja masih percaya dengan hal-hal mistik dan karena mereka ingin menjaga kekhasan budaya leluhur agar tidak hilang.
Langganan:
Postingan (Atom)